Selasa, 29 Mei 2012

Gerhand Emamnuel Lenski


Tugas final
Teori Sosiologi Modern
Gerhand Emmanuel Lenski


Oleh:
Nama : Muhamad Noor Irsyad
Nim : E41109265

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
2012






KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Teori Sosiologi Modern dengan tokoh Gerhand Emmanuel Lenski.
Salam dan shalawat tak lupa kita kirimkan atas junjungan kita Muhammad SAW, Nabi yang telah membawa kita dari alam yang gelap ke jalan yang terang benderang seperti pada saat ini.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas kami ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap tugas kami ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penulis pada khususnya.

Makassar, 22 Mei 2012
Penyusun



Muhamad Noor Irsyad


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………. ….     i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….    ii
BAB 1             :           Pendahuluan…………………………………………………........   1
BAB 2             :           Pembahasan…………………………………………………........   2
1.1 Struktur dan Konflik Dalam Perpektif Evalusioner…………..   2
1.2 Struktur Dinamika Sistem Distribusi……………………….....   4
1.3 Struktur Sistem Pelapisan……………………………………..   4
1.4 Pembuktian Tesis Stratifikasi………………………………....    6
1.5 Kritik Terhadap Sintesa Evalusioner Lenski………………….    7
BAB 3             :           Penutup……………………………………………………….......    9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................   10










 
BAB I
PENDAHULUAN
Gerhand Emmanuel Lenski. Washington, 13 agustus 1924. Dia seorang ahli sosiologi Amerika. Dengan teorinya stratifikasi dan struktur masyarakat dalam perspektif evalusioner. Dia adalah guru besar universitas dari utara Carolina di Bukit Kapel.
            Dalam bukunya, Kekuatan dan hak istimewa (1966) dan Masyarakat manusia: suatu pengantar ke macrosocilogy (1974). Dia melihat kemajuan teknologi seperti faktor yang paling mendasar pada evolusi dari masyarakat dan budaya.
            Dia mencirikan empat langkah pembangunan manusia, berlandaskan pada riwayat dari komunikasi. pertama, keterangan dilalui gen. Dengan pembangunan dari pertanian, manusia mampu untuk keterangan kartu tanda lewat melalui pengalaman perorangan. Pada ketiga, manusia berawal mempergunakan tanda dan mengembangkan logika. Pada ke-empat, mereka menciptakan lambang, dan dikembangkan bahasa dan penulisan. teknologi dan komunikasi menerjemahkan ke dalam pendahulu pada satu ekonomi sistemnya masyarakat dan sistem politik, distribusi dari barang, ketidaksamaan sosial dan lapisan lain dari hidup kemasyarakatan. Dia juga membedakan masyarakat berlandaskan bertingkat mereka dari teknologi, komunikasi dan ekonomi:
1. pemburu dan gatherers
2. pertanian sederhana atau perkebunan (kekurangan bajak)
3. holtikultural
            4. industri
5. istimewa (misalnya. memancing masyarakat atau bahari

BAB II
PEMBAHASAN
1.1       Struktur dan Konflik Dalam Perpektif Evalusioner
            Gerhard E. Lenski mengembangkan suatau teori yang pada hakikatnya lebih merupakan sintesa daripada menyelaraskan secara sederhana teori konflik dengan analisa fungsional itu. Walau teorinya khusus berhubungan dengan pelapisan sosial, akan tetapi ia sebenarnya merupakan usaha untuk mengungkapkan sejarah umat manusia selama sepuluh abad ke dalam suatu model sosiologis. Menurut lenski hanya teori evalusioner yang menganalisa struktur maupun  proses tanpa dibatasi oleh rangkaian perjalanan waktu yang pendek.
            Teori stratifikasi lenski, dengan demikian, mencoba menyatukan usaha-usaha kaum fungsionalis dan menganut teori konflik untuk menjelaskan eksistensi dan operasi kelas-kelas sosial. Ahli teori konflik dan fungsional masing-masng mengembangkan teori pelapisan sosial mereka. Davis dan Moore menyatakan bahwa penjejengan pekerjaan adalah akibat perbedaan kepentingan fungsional dari kedudukan yang berbeda dalam arti ganjaran yang diberikan untuk memenuhi posisi itu harus cukup untuk membuat orang menerima pandangan bahwa “untuk menduduki pekerjaan yng penting itu sulit.dengan demikian perbedaan sosial adalah alat yang menjamin bahwa berbagai posisi yang paling penting hanya pantas diduduki oleh orang yang paling mampu.
Bagi Mars, dasar kelas sosial bukan konsensus tapi penghisapan suatu kelas oleh kelas lain. Sehubungan dengan masyarakat kapitalis, Marx berpendapat bahwa pemilik berbagai sarana produksi adalah wakil dari kelas atas yang melakukan tekanan serta dapat memaksakan kontrol terhadap kelas buruh yang lebih rendah. Menurut Marx,  yang mendorong perubahan adalah konflik dan hanya konflik yang dapat menggerakkan susunan sosial dari sistem kelas ke sistem tanpa kelas.
            Kedua pendekatan terhadap pelapisan itu yaitu teori fungsionalisme dan konflik bertumpuh pada dua tradisi yang didasari oleh perbedaaan asumsi tentang hakikat masyarakat. Fungsionalisme bertumpuh pada tradisi konservatif yang melihat stratifikasi penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan. Di pihak lain, teori konflik mempertanyakan eksistensi “kebutuhan-kebutuhan sosial’ ia lebih berkepentingan dengan berbagai kebutuhan, keinginan, dan kepentingan individu-individu serta sub kelompok (daripada dengan masyarakat yang lebih luas) dalam perjuangan mereka untuk memperoleh barang dan jasa yang bernilai dan langka. Perbedaan seperti itu mencerminkan kontradiksi asumsi hakikat  manusia. Lenski menyatakan bahwa kaum fungsionalis menekankan hakikat sosial manusia yaitu manusia tidak dapat survive tanpa hidup berkelompok. Akan tetapi, disaat yang sama, mereka mencurigai hakikat dasar manusia dan menekankan perlunya kendali terhadap lembaga-lembaga sosial (lenski 196:22). Dipihak lain, penganut teori konflik lebih optimis tentang sifat baik manusia dan lebih mencurigai lembaga-lembaga sosial yang merintangi hakikat ini. Bersumber pada pertentangan pandangan tentang manusia itu, para penganut teori fungsionalis dan konflik juga berbeda pendapat tentang masyarakat. Para penganut teori fungsionalis lebih cenderung melihat masyarakat sebagai suatu sistem yang lengkap dan sempurna, sementara penganut teori konflik melihat masyarakat sebagai medan pertempuran dimasa terjadi berbagai pergulatan.



1.2       Struktur Dinamika Sistem Distribusi
            Dengan menggunakan asumsi hakikat manusia dari tradisi fungsionalis struktur yang lebih konservatif serta pendekatan konflik yang lebih radikal, lenski mengetengahkan dua hukum distribusi barang dan jasa. Kedua postulat tersebut, berasal dari asumsi-asumsi lenski, diringkas sebagai berikut : (1) manusia adalah makhluk sosial yang perlu hidup dalam masyarakat (2) biasanya manusia menempatkan kepentingan utama mereka atau kelompoknya di atas kepentingan orang atau kelompok lain (walaupun mereka mencoba menyembunyikan kenyataaan ini terhadap mereka sendiri dan terhadap orang lain) ; (3) manusia memiliki nafsu yang tidag terbatas terhadap barang dan jasa yang langka itu (Lenski 1966:  30-32). Jika postulat tentang manusia yang bersifat sosial akan tetapi mementingkan diri sendiri, itu benar, lenski kemudian menyatakan akan lahir dua propososi berikut : (1) orang akan memperoleh hasil tenaga kerja mereka sejauh dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan hidup dan produktivitas orang lain, yang tindakan-tindakan tanya perlu atau menguntungkan bagi mereka sendiri dan (2) kekuasaan akan menentukan distribusi hampir seluruh surplus yang dimiliki masyarakat.

1.3       Struktur Sistem Pelapisan
            Lenski membatasi kelas sebagai “pengelompokan orang didalam masyarakat yang berada dalam posisi yang sama dalam hal kekuatan atau beberapa bentuk spesifik dari kekuasaan, privilise dan prestise”. Fokus pembahasan lenski adalah kelas kekuasaan, yang dianggap menetukan distribusi privilise dan prestise dalam masyarakat dengan surplus barang-barang yang berarti. Bagi Lenski, kelas adalah kelas kekuasaan (power class). Walaupun kelas kekuasaan ini bervariasi, mulai daripemimpin industri sampai pada anggota yunta –militer dan buruh-buruh pabrik yang teroganisir.
            Setiap kelas mempunyai variasi dan peringkat pengaruh terhadap misalnya buruh-buruh pabrik, atau negro. Tetapi, dalam kaitan kekuasaan kedua kelompok itu dapat disebut sebagai kelas. Walaupun didalam maupun diantara kelas-kelas itu terdapat berbagai penjenjangan, akan tetapi para anggota kelas tetap merupakan kesatuan yang menduduki posisi sederajat dengan suatu kaitan kepentingan tertentu dan akan saling berhadapan sekiranya kepentingan tersebut tidak dimiliki kelas.
            Kelas sebagaimana diuraikan kemudian membentuk sistem kelas. Lenski membatasi sistem kelas sebagai hirarki kelas-kelas yang tersusun dalam jenjang beberapa kreteria tunggal. Jadi semua anggota masyarakat berada dalam jenjang dalam setiap sistem kelas yang tunggal. Misalnya dalam suatu masyarakat yang hipotesis, sistem kelas politis bisa terdiri dari 10 persen elit atau pemimpin, 20 persen birokrat, 50 persen politis, dan 20 persen adalah musuh rezim. Dalam masyarakat fiksi ini, sistem kelas kekayaaan dapat diberi jenjang 10 persen kaum kaya, 25 persen kaum menengah, 45persen kaum miskin, 20 persen kaum melarat. Sistem kelas berdasarkan pekerjaan dapat diberi jenjang dari tuang tanah, petani bebas, pegawai, pedagang, ke petani, pengrajin, dan pengangguran atau pengemis. Dengan demikian Lenski mencoba menunjukkan bahwa struktur sistem distribusi itu sedimikian rupa sehingga bisa saja persaingan atas sumber-sumber yang langka tak hanya berlangsung diantara individu-individu dan kelas-kelas diantara sistem kelas.
            Gambaran Lenski tentang sistem pelapisan yang secara struktural terdiri dari berbagai individu, kelas, dan sistem kelas itu sangat ruwet betapapun mencerminkan keragaman masyarakat industri . dia melihat pelapisan sebagai “sistem yang terdiri dari roda-roda yang saling bersinggungan” sebuah gambaran keterkaitan dan saling ketergantungan yang jelas-jelas berasal dari kaum fungsionalisme struktural.
            Berdasarkan pustulat-postulat yang dikategorikan pada struktur dan dinamika sistem-sistem distribusi, Lenski secara logis menyimpulkan beberapa proposisi yang dapat diuji. Diantara proposisi tersebut adalah :
1.      Tingkat perbedaan dalam sistem distribusi secara langsung akan berbeda dengan ukuran surplus atau masyarakat
2.      Kesempatan mobilitas vertikal, secara langsung akan cenderung berbeda dengan kecepatan perubahan sosial dan teknologi.
3.      Tingkat permusuhan kelas akan berbanding terbalik dengan tingkat mobilitas keatas.

1.4       Pembuktian Tesis Stratifikasi
            Masyarakat berburu dan meramu adalah masyarakat di mana teknik-teknik produksi bahan makanan masih primitif dan masih efisien dan dimana unsur-unsur masih primitif .
Dalam masyarakat berburu dan meramu, karena persendian barang ekonomi yang langka dan tidak memungkinkan berkembangnya stratifikasi sepangjang jalur ini. Melalui logika induktif menunjukkan bahwa dalam masyarakat berburu dan meramu, sebagian besar kekuasaan privilise dan prestile adalh fungsi dari kemampuan serta keahlian personal.
            Singkatnya, karena masyarakat berburu dan meramu hanya sedikit memiliki surplus barang-barang dan sumber-sumber, maka sistem pelapisan tidak tergantung pada surplus. Kelangsungan kelompok membutuhkan kerja sama dalam mengalokasikan barang yang tersedia, guna memenuhi kebutuhan hidup  minimal individu dalam masyrakat. Tetapi disini juga terdapat sistem pelapisan  yaitu sistem berdasarkan prestise dan kehormatan.
            Evaluasi langjut dari sistem distribusi adalah masyarakat Holtikultural sederhana. “masyarakat ini dibangun diatas dasar ekonomi perkebunan, alat utama adalah tongkat penggali. Masyarakat holtikura yang telah maju juga dibangun diatas perkebunan tetapi sudah memakai bajak dan penerapan teknologi maju lainnya seperti pemetaan, pengairan dan pemupukan.
            Ringkasnya, masyarakat holtikultura sederhana sangat mirip dengan masyarakat berburu dan meramu dalam soal kelangkaan surplus yang membuat perkembangan kelas sosial yang lebih jelas. Akibat meningkatnya teknik perkebunan, masyarakat holtikura yang maju mulai memiliki (sedikit)  surplus dan kemudian mengarah pada satu sistem yang terpisah. Disini kita melihat asal mula sistem kelas yang terutama dilandasi kelahiran daripada hanya atas dasar sumbangan yang dapat diberikan seseorang didalam kelompok.

 1.5      Kritik Terhadap Sintesa Evalusioner Lenski
            Teori evalusioner Lenski lebih condong ke arah perspektif konflik ketimbang gambarannya tentang orang. Dia enggn menerima sistem mapan yang abstrak dan tanpa gejolak. Sebagaimana diungkapkan Lenski “bila apa yang disebut sebagai sistem yang sempurna itu tidak ada maka jalinan teori-teori yang mendalikan eksistensinya harus dihentikan dan kita harus mencurahkan perhatian kepada pengembangan teori-teori yang eksplisit menganggap semua organisasi manusia sebagai sistem yang tidak sempurna “ . selanjutnya dia menyatakan bahwa konflik dan kerja sama adalah bagian dari sistem yang tidak sempurna ini – bahwa kedua proses tersebut adalah sifat umum dari perikehidupan manusia. Seperti terlihat pada teori pelapisan lenski itu sendiri, keunggulan teori konsensus atau konflik tergantung pada periode dan tipe aturan. Aturan-ataran kehendak penuh dengan ketegangan dan paksan, sedang aturan-aturan hak didasari oleh peraturan-peraturan normatif dan bersifat persejutuan. Tetapi baik kerja sama maupun konflik tetap ada dalam kedua tipe aturan ini.
            Pendekatan studi pelapisan Lenski memanfaatkan sejarah untuk menunjukkan pola-pola yang dapat ditemukan diantara fakta-fakta historis yang khusus. Dia menegaskan bahwa model evalusi oner sudah tepat dan harus dianalisa dalam masyarakat itu sendiri.
            Model evalusioner membuat para ilmuwan sosial mampu mampu menjajaki berbagai perkembangan dan perubahan dalam struktur sosial. Juga memungkinkan untuk mengetahui berbagai determinan struktur yang merupakan objek studi. Lenski mengidentifikasikan apa yang dianggapnya sebagai determinan utama struktur sosial dalam sejarah manusia :
1.      Warisan genetika manusia (yaitu, peralatan serta kecenderungan perilaku dengan mana setiap orang terlibat dalam proses-proses evaluasi organis)
2.      Teknologi yang secara perlahan-lahan dibentuk untuk mempertinggi warisan ini.
3.      Rintangan-rintangan lingkungan bagi kegiatan manusia serta perkembangan teknologi, khususnya yang menghambat arus informasi dari masyarakat lain.
4.      Persaingan keras diantara masyarakat dalam upaya mempertahankan basis sumber-sumber teritorial
Lenski menyatakan masyarakat kita dalam tingkat teknologi seperti sekarang inipun bahkan sudah dipengaruhi oleh determinan-determinan yang demikian. Walaupun dia melihat bahwa ideologi dan pengetahuan dapat memainkan peranan yang lebih penting dalam membentuk struktur sosial ketimbang dimasa lalu, tetapi dia sangat berhati-hati terhadap setiap usaha yang melebih-lebihkan kemungkinan yang demikian. Baginya perkembangan dan perubahan-perubahan dalam basis teknologi adalah penyebab utama perubahan sosial dalam struktur.  Hanya studi interdisipliner tentang totalitas struktur sosial manusia yang akan mampu menunjukkan interaksi faktor-faktor genetika, lingkungan dan teknologi dalam masyarakat.

BAB III
PENUTUP
            Teori pelapisan Lenski merupakan usaha untuk menyatukan teori konflik dan fungsionalisme kedalam satu kerangka teori dalam kerangka evalusioner. Berangkat dari teori konflik radikal Lenski memperoleh postulat hakikat masyarakat, penggunaan paksaan dalam sistem stratifikasi, dan tingkat dimana konflik sosial melahirkan perbedaan. Dari fungsionalisme konservatif Lenski mengambil pandangan mengenai hakikat manusia serta keharusan tentang adanya perbedaan. Lenski mencoba menyatukan aspek-aspek posisi konservatif dan radikal tentang bagaimana hak serta privilase diperoleh, serta peranan negara dalam sistem stratifikasi.
            Dalam masyarakat demikian konflik dan paksaan sangat minim. Bilamana masyarakat mulai berkembang ketingkat teknologi yang lebih tinggi dan struktur yang lebih konflik, maka surflus barang-barang ekonomi akan jatuh ketangan para pemenang persaingan. Didalam sistem pelapisan konflik dan paksaan, baik dalam maupun diantara masyarakat yang memainkan peranan penting. Tetapi perbedaan sosial dalam masyarakat-masyarakat dengan teknologi yang sudah berkembang menunjukkan tanda-tanda menurun sebagai akibat dari pertambahan surplus barang-barang yang tersedia. Walaupun Lenski tidak merasa bahwa hakikat manusia yang ada. Persamaan yang sempurna dapat dicapai, susunan/stratifikasi masyarakat industri yang sudah kompleks kurang kaku bilamana dibanding dengan masyarakat agraris.



DAFTAR PUSTAKA
Polam, Margaret. 2010. Sosiologi Kontemporer, Jakarta: Rajagrafindo Persada
www.geogle.com
http://www.bookrags.com/biography/gerhard-emmanuel-lenski-jr-soc/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar