Tugas final
Teori
Sosiologi Modern
Gerhand
Emmanuel Lenski
Oleh:
Nama
: Muhamad Noor Irsyad
Nim
: E41109265
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM
STUDI SOSIOLOGI
2012
KATA
PENGANTAR
Assalamu
Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobbilalamin,
segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Teori
Sosiologi Modern dengan tokoh Gerhand Emmanuel Lenski.
Salam
dan shalawat tak lupa kita kirimkan atas junjungan kita Muhammad SAW, Nabi yang
telah membawa kita dari alam yang gelap ke jalan yang terang benderang seperti
pada saat ini.
Kami
menyadari bahwa tugas ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas kami
ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap tugas kami ini dapat
memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada
penulis pada khususnya.
Makassar, 22 Mei 2012
Penyusun
Muhamad
Noor Irsyad
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………. …. i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………. ii
BAB
1 : Pendahuluan…………………………………………………........ 1
BAB
2 : Pembahasan…………………………………………………........ 2
1.1 Struktur dan Konflik Dalam Perpektif
Evalusioner………….. 2
1.2 Struktur Dinamika Sistem
Distribusi………………………..... 4
1.3 Struktur Sistem
Pelapisan…………………………………….. 4
1.4 Pembuktian Tesis
Stratifikasi……………………………….... 6
1.5
Kritik Terhadap Sintesa Evalusioner Lenski…………………. 7
BAB
3 : Penutup………………………………………………………....... 9
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
Gerhand
Emmanuel Lenski. Washington, 13 agustus 1924. Dia seorang ahli sosiologi
Amerika. Dengan teorinya stratifikasi dan struktur masyarakat dalam perspektif
evalusioner. Dia adalah guru besar universitas dari utara Carolina di Bukit Kapel.
Dalam bukunya, Kekuatan dan hak
istimewa (1966) dan Masyarakat manusia: suatu pengantar ke macrosocilogy
(1974). Dia melihat kemajuan teknologi seperti faktor yang paling mendasar pada
evolusi dari masyarakat dan budaya.
Dia mencirikan empat langkah
pembangunan manusia, berlandaskan pada riwayat dari komunikasi. pertama,
keterangan dilalui gen. Dengan pembangunan dari pertanian, manusia mampu untuk
keterangan kartu tanda lewat melalui pengalaman perorangan. Pada ketiga,
manusia berawal mempergunakan tanda dan mengembangkan logika. Pada ke-empat,
mereka menciptakan lambang, dan dikembangkan bahasa dan penulisan. teknologi
dan komunikasi menerjemahkan ke dalam pendahulu pada satu ekonomi sistemnya
masyarakat dan sistem politik, distribusi dari barang, ketidaksamaan sosial dan
lapisan lain dari hidup kemasyarakatan. Dia juga membedakan masyarakat
berlandaskan bertingkat mereka dari teknologi, komunikasi dan ekonomi:
1.
pemburu dan gatherers
2.
pertanian sederhana atau perkebunan (kekurangan bajak)
3.
holtikultural
4.
industri
5.
istimewa (misalnya. memancing masyarakat atau bahari
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Struktur dan Konflik Dalam Perpektif Evalusioner
Gerhard E. Lenski mengembangkan
suatau teori yang pada hakikatnya lebih merupakan sintesa daripada
menyelaraskan secara sederhana teori konflik dengan analisa fungsional itu.
Walau teorinya khusus berhubungan dengan pelapisan sosial, akan tetapi ia
sebenarnya merupakan usaha untuk mengungkapkan sejarah umat manusia selama
sepuluh abad ke dalam suatu model sosiologis. Menurut lenski hanya teori
evalusioner yang menganalisa struktur maupun
proses tanpa dibatasi oleh rangkaian perjalanan waktu yang pendek.
Teori stratifikasi lenski, dengan
demikian, mencoba menyatukan usaha-usaha kaum fungsionalis dan menganut teori
konflik untuk menjelaskan eksistensi dan operasi kelas-kelas sosial. Ahli teori
konflik dan fungsional masing-masng mengembangkan teori pelapisan sosial
mereka. Davis dan Moore menyatakan bahwa penjejengan pekerjaan adalah akibat
perbedaan kepentingan fungsional dari kedudukan yang berbeda dalam arti
ganjaran yang diberikan untuk memenuhi posisi itu harus cukup untuk membuat
orang menerima pandangan bahwa “untuk menduduki pekerjaan yng penting itu
sulit.dengan demikian perbedaan sosial adalah alat yang menjamin bahwa berbagai
posisi yang paling penting hanya pantas diduduki oleh orang yang paling mampu.
Bagi
Mars, dasar kelas sosial bukan konsensus tapi penghisapan suatu kelas oleh
kelas lain. Sehubungan dengan masyarakat kapitalis, Marx berpendapat bahwa
pemilik berbagai sarana produksi adalah wakil dari kelas atas yang melakukan
tekanan serta dapat memaksakan kontrol terhadap kelas buruh yang lebih rendah.
Menurut Marx, yang mendorong perubahan
adalah konflik dan hanya konflik yang dapat menggerakkan susunan sosial dari
sistem kelas ke sistem tanpa kelas.
Kedua pendekatan terhadap pelapisan
itu yaitu teori fungsionalisme dan konflik bertumpuh pada dua tradisi yang
didasari oleh perbedaaan asumsi tentang hakikat masyarakat. Fungsionalisme bertumpuh
pada tradisi konservatif yang melihat stratifikasi penting untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat secara keseluruhan. Di pihak lain, teori konflik
mempertanyakan eksistensi “kebutuhan-kebutuhan sosial’ ia lebih berkepentingan
dengan berbagai kebutuhan, keinginan, dan kepentingan individu-individu serta
sub kelompok (daripada dengan masyarakat yang lebih luas) dalam perjuangan
mereka untuk memperoleh barang dan jasa yang bernilai dan langka. Perbedaan
seperti itu mencerminkan kontradiksi asumsi hakikat manusia. Lenski menyatakan bahwa kaum
fungsionalis menekankan hakikat sosial manusia yaitu manusia tidak dapat
survive tanpa hidup berkelompok. Akan tetapi, disaat yang sama, mereka
mencurigai hakikat dasar manusia dan menekankan perlunya kendali terhadap lembaga-lembaga
sosial (lenski 196:22). Dipihak lain, penganut teori konflik lebih optimis
tentang sifat baik manusia dan lebih mencurigai lembaga-lembaga sosial yang
merintangi hakikat ini. Bersumber pada pertentangan pandangan tentang manusia
itu, para penganut teori fungsionalis dan konflik juga berbeda pendapat tentang
masyarakat. Para penganut teori fungsionalis lebih cenderung melihat masyarakat
sebagai suatu sistem yang lengkap dan sempurna, sementara penganut teori
konflik melihat masyarakat sebagai medan pertempuran dimasa terjadi berbagai
pergulatan.
1.2 Struktur Dinamika Sistem Distribusi
Dengan menggunakan asumsi hakikat
manusia dari tradisi fungsionalis struktur yang lebih konservatif serta
pendekatan konflik yang lebih radikal, lenski mengetengahkan dua hukum
distribusi barang dan jasa. Kedua postulat tersebut, berasal dari asumsi-asumsi
lenski, diringkas sebagai berikut : (1) manusia adalah makhluk sosial yang
perlu hidup dalam masyarakat (2) biasanya manusia menempatkan kepentingan utama
mereka atau kelompoknya di atas kepentingan orang atau kelompok lain (walaupun
mereka mencoba menyembunyikan kenyataaan ini terhadap mereka sendiri dan
terhadap orang lain) ; (3) manusia memiliki nafsu yang tidag terbatas terhadap
barang dan jasa yang langka itu (Lenski 1966:
30-32). Jika postulat tentang manusia yang bersifat sosial akan tetapi
mementingkan diri sendiri, itu benar, lenski kemudian menyatakan akan lahir dua
propososi berikut : (1) orang akan memperoleh hasil tenaga kerja mereka sejauh dibutuhkan
untuk menjamin kelangsungan hidup dan produktivitas orang lain, yang
tindakan-tindakan tanya perlu atau menguntungkan bagi mereka sendiri dan (2)
kekuasaan akan menentukan distribusi hampir seluruh surplus yang dimiliki
masyarakat.
1.3 Struktur Sistem Pelapisan
Lenski membatasi kelas sebagai
“pengelompokan orang didalam masyarakat yang berada dalam posisi yang sama
dalam hal kekuatan atau beberapa bentuk spesifik dari kekuasaan, privilise dan
prestise”. Fokus pembahasan lenski adalah kelas kekuasaan, yang dianggap
menetukan distribusi privilise dan prestise dalam masyarakat dengan surplus
barang-barang yang berarti. Bagi Lenski, kelas adalah kelas kekuasaan (power
class). Walaupun kelas kekuasaan ini bervariasi, mulai daripemimpin industri sampai
pada anggota yunta –militer dan buruh-buruh pabrik yang teroganisir.
Setiap kelas mempunyai variasi dan
peringkat pengaruh terhadap misalnya buruh-buruh pabrik, atau negro. Tetapi,
dalam kaitan kekuasaan kedua kelompok itu dapat disebut sebagai kelas. Walaupun
didalam maupun diantara kelas-kelas itu terdapat berbagai penjenjangan, akan
tetapi para anggota kelas tetap merupakan kesatuan yang menduduki posisi
sederajat dengan suatu kaitan kepentingan tertentu dan akan saling berhadapan
sekiranya kepentingan tersebut tidak dimiliki kelas.
Kelas sebagaimana diuraikan kemudian
membentuk sistem kelas. Lenski membatasi sistem kelas sebagai hirarki
kelas-kelas yang tersusun dalam jenjang beberapa kreteria tunggal. Jadi semua
anggota masyarakat berada dalam jenjang dalam setiap sistem kelas yang tunggal.
Misalnya dalam suatu masyarakat yang hipotesis, sistem kelas politis bisa
terdiri dari 10 persen elit atau pemimpin, 20 persen birokrat, 50 persen
politis, dan 20 persen adalah musuh rezim. Dalam masyarakat fiksi ini, sistem
kelas kekayaaan dapat diberi jenjang 10 persen kaum kaya, 25 persen kaum
menengah, 45persen kaum miskin, 20 persen kaum melarat. Sistem kelas
berdasarkan pekerjaan dapat diberi jenjang dari tuang tanah, petani bebas,
pegawai, pedagang, ke petani, pengrajin, dan pengangguran atau pengemis. Dengan
demikian Lenski mencoba menunjukkan bahwa struktur sistem distribusi itu
sedimikian rupa sehingga bisa saja persaingan atas sumber-sumber yang langka
tak hanya berlangsung diantara individu-individu dan kelas-kelas diantara
sistem kelas.
Gambaran Lenski tentang sistem
pelapisan yang secara struktural terdiri dari berbagai individu, kelas, dan
sistem kelas itu sangat ruwet betapapun mencerminkan keragaman masyarakat
industri . dia melihat pelapisan sebagai “sistem yang terdiri dari roda-roda
yang saling bersinggungan” sebuah gambaran keterkaitan dan saling
ketergantungan yang jelas-jelas berasal dari kaum fungsionalisme struktural.
Berdasarkan pustulat-postulat yang
dikategorikan pada struktur dan dinamika sistem-sistem distribusi, Lenski
secara logis menyimpulkan beberapa proposisi yang dapat diuji. Diantara
proposisi tersebut adalah :
1. Tingkat
perbedaan dalam sistem distribusi secara langsung akan berbeda dengan ukuran
surplus atau masyarakat
2. Kesempatan
mobilitas vertikal, secara langsung akan cenderung berbeda dengan kecepatan
perubahan sosial dan teknologi.
3. Tingkat
permusuhan kelas akan berbanding terbalik dengan tingkat mobilitas keatas.
1.4 Pembuktian Tesis Stratifikasi
Masyarakat berburu dan
meramu adalah masyarakat di mana teknik-teknik produksi bahan makanan masih
primitif dan masih efisien dan dimana unsur-unsur masih primitif .
Dalam
masyarakat berburu dan meramu, karena persendian barang ekonomi yang langka dan
tidak memungkinkan berkembangnya stratifikasi sepangjang jalur ini. Melalui
logika induktif menunjukkan bahwa dalam masyarakat berburu dan meramu, sebagian
besar kekuasaan privilise dan prestile adalh fungsi dari kemampuan serta
keahlian personal.
Singkatnya, karena masyarakat
berburu dan meramu hanya sedikit memiliki surplus barang-barang dan
sumber-sumber, maka sistem pelapisan tidak tergantung pada surplus.
Kelangsungan kelompok membutuhkan kerja sama dalam mengalokasikan barang yang
tersedia, guna memenuhi kebutuhan hidup
minimal individu dalam masyrakat. Tetapi disini juga terdapat sistem
pelapisan yaitu sistem berdasarkan
prestise dan kehormatan.
Evaluasi langjut dari sistem
distribusi adalah masyarakat Holtikultural sederhana. “masyarakat ini dibangun
diatas dasar ekonomi perkebunan, alat utama adalah tongkat penggali. Masyarakat
holtikura yang telah maju juga dibangun diatas perkebunan tetapi sudah memakai
bajak dan penerapan teknologi maju lainnya seperti pemetaan, pengairan dan
pemupukan.
Ringkasnya, masyarakat holtikultura
sederhana sangat mirip dengan masyarakat berburu dan meramu dalam soal
kelangkaan surplus yang membuat perkembangan kelas sosial yang lebih jelas.
Akibat meningkatnya teknik perkebunan, masyarakat holtikura yang maju mulai
memiliki (sedikit) surplus dan kemudian
mengarah pada satu sistem yang terpisah. Disini kita melihat asal mula sistem
kelas yang terutama dilandasi kelahiran daripada hanya atas dasar sumbangan
yang dapat diberikan seseorang didalam kelompok.
1.5
Kritik Terhadap Sintesa Evalusioner Lenski
Teori evalusioner Lenski lebih
condong ke arah perspektif konflik ketimbang gambarannya tentang orang. Dia
enggn menerima sistem mapan yang abstrak dan tanpa gejolak. Sebagaimana
diungkapkan Lenski “bila apa yang disebut sebagai sistem yang sempurna itu
tidak ada maka jalinan teori-teori yang mendalikan eksistensinya harus
dihentikan dan kita harus mencurahkan perhatian kepada pengembangan teori-teori
yang eksplisit menganggap semua organisasi manusia sebagai sistem yang tidak
sempurna “ . selanjutnya dia menyatakan bahwa konflik dan kerja sama adalah
bagian dari sistem yang tidak sempurna ini – bahwa kedua proses tersebut adalah
sifat umum dari perikehidupan manusia. Seperti terlihat pada teori pelapisan
lenski itu sendiri, keunggulan teori konsensus atau konflik tergantung pada
periode dan tipe aturan. Aturan-ataran kehendak penuh dengan ketegangan dan
paksan, sedang aturan-aturan hak didasari oleh peraturan-peraturan normatif dan
bersifat persejutuan. Tetapi baik kerja sama maupun konflik tetap ada dalam
kedua tipe aturan ini.
Pendekatan studi pelapisan Lenski
memanfaatkan sejarah untuk menunjukkan pola-pola yang dapat ditemukan diantara
fakta-fakta historis yang khusus. Dia menegaskan bahwa model evalusi oner sudah
tepat dan harus dianalisa dalam masyarakat itu sendiri.
Model evalusioner membuat para
ilmuwan sosial mampu mampu menjajaki berbagai perkembangan dan perubahan dalam
struktur sosial. Juga memungkinkan untuk mengetahui berbagai determinan
struktur yang merupakan objek studi. Lenski mengidentifikasikan apa yang
dianggapnya sebagai determinan utama struktur sosial dalam sejarah manusia :
1. Warisan
genetika manusia (yaitu, peralatan serta kecenderungan perilaku dengan mana
setiap orang terlibat dalam proses-proses evaluasi organis)
2. Teknologi
yang secara perlahan-lahan dibentuk untuk mempertinggi warisan ini.
3. Rintangan-rintangan
lingkungan bagi kegiatan manusia serta perkembangan teknologi, khususnya yang
menghambat arus informasi dari masyarakat lain.
4. Persaingan
keras diantara masyarakat dalam upaya mempertahankan basis sumber-sumber
teritorial
Lenski
menyatakan masyarakat kita dalam tingkat teknologi seperti sekarang inipun
bahkan sudah dipengaruhi oleh determinan-determinan yang demikian. Walaupun dia
melihat bahwa ideologi dan pengetahuan dapat memainkan peranan yang lebih
penting dalam membentuk struktur sosial ketimbang dimasa lalu, tetapi dia
sangat berhati-hati terhadap setiap usaha yang melebih-lebihkan kemungkinan
yang demikian. Baginya perkembangan dan perubahan-perubahan dalam basis teknologi
adalah penyebab utama perubahan sosial dalam struktur. Hanya studi interdisipliner tentang totalitas
struktur sosial manusia yang akan mampu menunjukkan interaksi faktor-faktor
genetika, lingkungan dan teknologi dalam masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
Teori pelapisan Lenski merupakan
usaha untuk menyatukan teori konflik dan fungsionalisme kedalam satu kerangka
teori dalam kerangka evalusioner. Berangkat dari teori konflik radikal Lenski
memperoleh postulat hakikat masyarakat, penggunaan paksaan dalam sistem
stratifikasi, dan tingkat dimana konflik sosial melahirkan perbedaan. Dari
fungsionalisme konservatif Lenski mengambil pandangan mengenai hakikat manusia
serta keharusan tentang adanya perbedaan. Lenski mencoba menyatukan aspek-aspek
posisi konservatif dan radikal tentang bagaimana hak serta privilase diperoleh,
serta peranan negara dalam sistem stratifikasi.
Dalam masyarakat demikian konflik
dan paksaan sangat minim. Bilamana masyarakat mulai berkembang ketingkat
teknologi yang lebih tinggi dan struktur yang lebih konflik, maka surflus
barang-barang ekonomi akan jatuh ketangan para pemenang persaingan. Didalam
sistem pelapisan konflik dan paksaan, baik dalam maupun diantara masyarakat
yang memainkan peranan penting. Tetapi perbedaan sosial dalam masyarakat-masyarakat
dengan teknologi yang sudah berkembang menunjukkan tanda-tanda menurun sebagai
akibat dari pertambahan surplus barang-barang yang tersedia. Walaupun Lenski
tidak merasa bahwa hakikat manusia yang ada. Persamaan yang sempurna dapat dicapai,
susunan/stratifikasi masyarakat industri yang sudah kompleks kurang kaku
bilamana dibanding dengan masyarakat agraris.
DAFTAR PUSTAKA
Polam,
Margaret. 2010. Sosiologi Kontemporer, Jakarta: Rajagrafindo Persada
www.geogle.com
http://www.bookrags.com/biography/gerhard-emmanuel-lenski-jr-soc/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar